Sabtu, 28 Agustus 2010

Revolusi Bergerak," Walaupun Berdarah-darah"


2010; Revolusi jilid 2 Dipercepat.. !!
Kemiskinan Struktural…..
Kebodohan ada dimana- mana ,.
Mahalnya Biaya Pendidikan,,,
Mahalnya Kebutuhan Sembako…
Hancurnya Budaya Asli Bangsa Kita..

Dan Jiwa Konsumen Di Era Jaman Edan
(globalisasi + pasar bebas+internet maya) Ini.
Semuanya Inilah Adalah Hasil dan cita- cita mereka
Maha Dahsyat Negara Dunia Pertama…(Neoliberal+kapitalisme)

Tunggu Perlawanan Rakyat Bambuuu Runcing tancapkan dimana mana
Kita Melawan Mereka !!!!! Dengan Hitungan Hari…

Ingat … !! Kita Adalah Negara Besar,, Kaya, Dan Berwibawa….
Kita Tidak Usah Mengandalkan Pemimpin Kita….
Lurah, Bupati… Rector… Gubernur.. Menteri..Anggota DPRD Sampai Presiden…
(Mereka Tidak Serius Memikirkan Kita).
Mereka Menjual Kita Atas Nama Pembangunan..!!
Tapi Bohong-Bohong Dan Klaim Politik PARA Pemimpin kita.
Hanya Rakyat-lah (kita semua) Yang Bisa Merubah
Dan Menjadi Pemegang Kedaualatan Bangsa Kita..
Rakyatlah Yang Memiliki Merah Putih..
Tahun 2010… saatnya REVOLUSI DI PERCEPAT..
peperangan di mulai.. !!!!


Revolusi sebagai langkah tepat bangun peradaban baru NKRI. Keinginan revolusi adalah sebuah keinginan bersama-sama atas sebuah peradaban baru yang lebih baik, revolusi tanpa darah atau tetap berdarah adalah sebuah konsekuensi kita bersama untuk menanggung sebuah resiko, tapi resiko ini lebih kecil dari pada nilai perubahan peradaban dari hasil Revolusi.

Banyak orang takut mendengar kata-kata Revolusi, banyak orang tidak suka mendengar kata Revolusi, apalagi melaksanakan dengan konkret, revolusi adalah merupakan tindakan mulya seandainya kita bisa membahas dan mempelajari arti dan dasar filosofi daripada revolusi.
Indonesia merdeka adalah karena Revolusi, Indonesia menjadi sebuah Negara demokrasi karena adalah hasil Revolusi yang lama dipikirkan, sekarang tahun 2010 sebenarnya apa yang tepat untuk membangun peradaban baru dengan Revolusi di negeri yang merah putih dna kaya raya ini.
Sudah lama kita dan rakyat bangsa Indoensia ditipu ditindas dan dibodohi,, tapi kita tetap menginginkan sebuah Revolusi untuk mencapai tatananan baru dibidang tata pemerintahan, pelayanan birokrasi, tekhnologi, kelautan, Pertanian, ekonomi kerakyatan dan kebudayaan .
REVOLUSI adalah sebuah gagasan yang paling pas untuk kita perlawanan menolak adanya korban kekejaman budaya luar negeri yang telah menghancurkan NKRI dan

Syarat Revolusi


Revolusi adalah perebutan dan pergantian kekuasaan dari kelas lama (penguasa lama) oleh dan kepada kelas baru (penguasa baru) yang lebih maju, atau Revolusi adalah penjungkirbalikan kekuasaan politik lama oleh kekuasaan politik baru dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, atau Revolusi adalah mendobrak/menjebol kekuasaan politik lama dan membangun kekuasaan politik baru yang lebih maju. Revolusi bersifat memaksa dengan melibatkan kekuatan rakyat (people power) karena kekuasaan lama (status quo) mempertahankan diri dari penghancuran oleh kekuatan baru (Revolusi), karena tidak ada kekuasaan politik lama yang bersedia menyerahkan kekuasaannya dengan sukarela kepada kekuatan politik baru yang menentangnya, maka Revolusi bersifat memaksa. a. Syarat-Syarat Revolusi. Untuk melakukan Revolusi maka kekuatan kaum Revolusioner harus memenuhi syarat-syarat Revolusi. Syarat-syarat Revolusi adalah: 1. basis dari bangunan atas kelas lama (penguasa lama) sudah retak dan goyah, 2. kekuatan Revolusi sudah tersedia, 3. pimpinan Revolusi yang tepat sudah ada, 4. sasaran Revolusi harus konkret. 1. Basis dan Bangunan Atas Penguasa Lama Rapuh. Basis adalah sistem ekonomi dan bangunan atas adalah kekuasaan politik. Basis dari bangunan atas kelas lama sudah retak dan goyah artinya bahwa sistem ekonomi dari politik kekuasaan pemerintah lama sudak rusak dan tidak bisa dipertahankan lagi. Rakyat jelata diperlakukan tidak adil oleh penguasa sehingga rakyat menjadi miskin dan sengsara, disisi lain kaum penguasa politik dan para kroninya hidup mewah karena menghisap dan menindas rakyat. Kondisi yang sedemikian ini mendorong lahirnya kesadaran dan keberanian rakyat untuk mengubah dirinya melalui Revolusi. 2. Kekuatan Revolusi Sudah Tersedia. Kekuatan Revolusi sudah tersedia artinya bahwa kekuatan Revolusi adalah kelas buruh kota dan buruh tani (proletar)yang mengalami penindasan dan penghisapan dari kelas yang berkuasa (borjuasi kapitalis). Kekuatan Revolusi tersebut telah mengadakan persatuan dan telah sadar untuk mengubah dirinya dan berkembang menjadi keberanian untuk menggulingkan penguasa lama dan menggantikannya dengan kekuasaan baru yang membela kepentingan rakyat. Hakekatnya kekuatan Revolusi adalah kekuatan rakyat (people power). 3. Pimpinan Revolusi yang Tepat Sudah Tersedia. Pimpinan Revolusi adalah kelas yang paling maju, paling teguh, paling konsekwen dalam perlawanan terhadap penindasan dan penghisapan dari kelas yang berkuasa dan yang paling berkepentingan untuk menghancurkan kekuasaan kelas yang berkuasa. Pimpinan yang tepat artinya bahwa pimpinan Revolusi itu mempunyai sasaran, program dan garis Revolusi yang tepat. Sasaran Revolusi adalah merebut kekuasaan politik dari kelas penguasa yang sudah tidak mampu mempertahankan kekuasaannya. Pimpinan Revolusi adalah kelas buruh (proletar). Sedangkan sasaran Revolusi adalah kelas borjuis komprador, kelas kapitalis birokrat, kelas feodal dan kelas imperialis. Kelas-kelas (borjuasi kapitalis) ini adalah merupakan musuh rakyat karena pikiran dan perilakunya menghisap dan menindas rakyat. Rakyat tertindas dalam suatu negeri adalah merupakan kekuatan internal Revolusioner yang menentukan jalannya Revolusi. Tugas kaum Revolusioner suatu negeri adalah mengubah situasi dalam negeri menjadi situasi Revolusioner, bukan menunggu situasi menjadi Revolusioner. Hakekatnya Revolusi adalah kehendak rakyat, bukan kehendak pemimpin Revolusi. Rakyat yang menentukan Revolusi, pemimpin Revolusi mengarahkan jalannya Revolusi. Inilah hubungan materi (kesadaran dan keberanian rakyat) dan ide (pemimpin Revolusi) dalam teori Revolusi. 4. Sasaran Revolusi Harus Konkret. Sasaran Revolusi adalah kelas lama yang sudah tidak dipercayai oleh rakyat karena menindas dan menghisap serta menipu rakyat. Kelas penguasa lama yang demikian ini harus dihancurkan melalui Revolusi rakyat.

Revolusi Indonesia




Bagaimanapun Indonesia Harus berubah, bukan lagi negara yang miskin karena sebenarnya Indonesia bukan lah negara yang di takdirkan miski. Dan sudah seharusnya Zamrud Khatulistiwa menjadi pemimpin dunia.

Hentikan mimpi kita untuk menyaingi teknologi Jepang, persenjataan Israel, atau kain dari negri Cina dan India , atau untuk menjadi diktator seperti Amerika. karena kita bisa lebih dari itu, dengan jalan kita sendiri negri kita bisa bangkit dan jaya di mata dunia.

Jadilah negri yang percaya diri dan percaya dengan jalan yang telah Tuhan berikan, dan jadilah negri yang sejati di atas jalan nya sendiri.

Kenyataan nya potensi terbesar negri kita bukanlah dari pabrik-pabrik textil bukan pula dari teknologi yang kita kejar habis-habisan, dan bukan pula aa di tangan konsultan dan kekuatan militer.

Namun sederhana saja, kekuatan kita ada di tangan para petani dan orang-orang yang bersahabat dengan alam.

jangan takut di bilang negri primitif karena mencoba hidup berdampingan dengan alam, atau malu di sebut gembel karena harus bertarung dengan terik mentari saat bertani dan bercocok tanam.

Berfikirlah sedikit logis dan selangkah ke depan, karena bagaimana pun yang namanya makhluk hidup butuh makan, apalagi manusia. Kenapa kita tidak coba menguasai nafsu makan mereka dan kita mengendalikan perut mereka ????

Bumi pertiwi kita bisa memimpin dunia bila kita bisa menguasai perut-perut dari seluruh manusia di bumi ini. BENAR TIDAK ?

Namun ingat jangan pernah jadikan negri kita sebagai lumbung pangan mereka.

“Bila perut mereka berhasil kita kuasai maka siapa sekarang yang akan memerintah dunia ? “

Apa itu REVOLUSI...?


Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.

Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.

Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.

Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika. Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional.

Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia. Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya. Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi Bolshevik, Proletar, atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949

Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat.

REVOLUSI PELAJARAN BAGI INDONESIA

Oleh: Tony Cliff

Tulisan ini terbit di International Socialism no 80, 1998 dan audience-nya adalah para pembaca Inggeris.



Pecahnya revolusi di Indonesia mengangkat sejumlah pertanyaan teoretis yang penting. Apa saja persyaratan untuk menyimpulkan kemenangan terhadap suatu revolusi? Dalam keseimbangan antara revolusi dan kontra-revolusi, apa yang menentukan sebuah kemenangan? Apa hubungan antara partai revolusioner dan kelas buruh? Peran apa yang dilakukan oleh partai revolusioner di dalam serikat-serikat buruh? Artikel ini menguraikan tentang pengalaman tradisi Marxis dalam menangani pertanyaan-pertanyaan kritis ini.

Persyaratan bagi suatu kemenangan revolusi

Seperti yang selalu dikatakan oleh Lenin, kita hidup dalam masa perang dan revolusi. Sejarah telah membuktikan bahwa dia benar. Dalam abad ini telah terjadi lebih dari 100 perang, baik dalam skala besar maupun kecil. Sebut saja beberapa secara random: Perang Dunia I dan II, serangan Jepang terhadap Cina, perang Italia di Etiopia, perang delapan tahun antara Iran dan Irak, serangan imperialisme Amerika terhadap Irak dan Vietnam, tiga perang Arab-Israel, dua perang India-Pakistan dan Perang Malvinas. Tetapi banyak juga revolusi yang terjadi, seperti beberapa berikut ini: Revolusi Rusia tahun 1905 dan 1917, Revolusi Jerman 1918-1923, Revolusi Spanyol tahun 1936, Revolusi Hongaria tahun 1919 dan 1956, Revolusi Cina 1925-1927, Revolusi Portugal tahun 1974, dan penggulingan Shah Iran tahun 1979.

Apa yang dimaksud dengan revolusi buruh? Yaitu ketika massa buruh membangkang terhadap keadaan rutin mereka sebagai korban dan sebagai obyek pasif dari tekanan dan pemerasan, serta mengukir sejarah dalam usahanya mencapai kebebasan dan menentukan nasib mereka. Revolusi bukanlah suatu kejadian sehari. Bersama dengan emosi dan pikiran yang baru, kaum buruh juga masih membawa beban masa lalu mereka. Seperti dalam kata-kata Marx: "Tradisi dari generasi-generasi yang sudah mati terasa menghimpit bagaikan sebuah mimpi buruk bagi generasi yang masih hidup." Kontradiksi utama dalam jantung revolusi adalah pertentangan antara yang baru dan yang lama, dan hanya melalui sebuah proses yang amat sulit dan keras kontradiksi ini dapat diatasi.

Marilah kita melihat beberapa contoh, yang pertama, peristiwa Revolusi Rusia tahun 1917. Pada tanggal 18 Februari 1917, 30.000 buruh di pabrik terbesar di Petrograd, yaitu pabrik Putilov, mogok kerja untuk minta kenaikan upah sebesar 50 persen. Kerusuhan itu terjadi karena kelangkaan pangan. Toko-toko roti dan makanan diserang, dan kejadian itu terulang terus sampai berhari-hari.

Pada tanggal 23 Februari pukul 9 pagi, buruh-buruh pabrik di daerah Vyborg mogok karena mereka memprotes karena kekurangan roti hitam di toko-toko. Pemogokan itu merambat ke pabrik-pabrik lain di Petrograd, Rozhdestvenskii dan Liteinyi, dan selama hari itu 50 perusahaan menghentikan pekerjaannya, karena 87.534 orang mogok.

Pada hari berikutnya gerakan buruh belum reda. Kemudian ada sebuah memorandum dari Okhrana (polisi rahasia), dengan surat tertanggal 24 Februari malam yang menyatakan: "Pemogokan buruh yang terjadi kemarin sehubungan dengan kekurangan roti masih berlanjut hari ini; selama hari itu 131 perusahaan dengan 158.583 buruh tutup."

Hari berikutnya, 25 Februari, laporan Okhrana menunjukkan tanda bahaya yang lebih tinggi, dan menuding pasukan tentara, bahkan Cossack, belum siap untuk menekan gerakan buruh. Pada tanggal 26 Februari, untuk pertama kalinya muncul dalam laporan Okhrana gambaran langsung tentang pemberontakan tentara.

Menurut NN Sukhanov, seorang saksi mata yang jujur dan penulis sejarah revolusi yang terkemuka, ada sekitar 25.000 tentara yang telah meninggalkan baraknya untuk bergabung dengan massa, sementara sisanya sekitar 160.000 tentara tidak siap menekan gerakan buruh. Menurut sumber lain, ada sebanyak 70.000 orang tentara yang bergabung dengan 385.000 buruh dalam pemogokan yang terjadi tanggal 27 Februari.

Tanggal 28 Februari merupakan akhir keruntuhan pasukan Tsar: pasukan "loyal" yang masih ada menyerah; benteng-benteng Peter dan Paul ditundukkan tanpa tembakan satupun; dan menteri-menteri Tsar ada yang ditahan dan yang lain menyerah kepada pemerintahan baru.

Revolusi itu betul-betul spontan dan tanpa rencana. Seperti yang dikatakan Trotsky: "Tidak ada seorang pun, betul-betul tidak ada seorang pun - ini dapat kita pastikan berdasarkan semua data yang ada - yang berpikir saat itu bahwa tanggal 23 Februari merupakan permulaan ofensif yang menentukan dalam perjuangan melawan absolutisme."

Menurut Sukhanov: "Tidak satu pun partai yang mempersiapkan pergolakan besar itu."

Hal yang mirip diucapkan oleh bekas direktur Okhrana yang menyatakan bahwa revolusi tersebut "betul-betul merupakan fenomena spontan, dan sama sekali bukan hasil agitasi partai."

Sebuah kekuatan politik baru muncul di Petrograd, yakni munculnya dewan buruh (soviet). Sebenarnya struktur politik ini merupakan pembaharuan dari institusi yang lahir pada Revolusi tahun 1905, yang terdiri dari para wakil seluruh buruh di pabrik-pabrik yang melakukan pemogokan, tetapi yang berlangsung di luar jangkauan komite pemogokan bersama. Pada tahun 1906, dalam peninjauannya kembali, Lenin menyatakan hal-hal berikut ini tentang dewan buruh (soviet):

Para Dewan Utusan Buruh merupakan organ-organ dari perjuangan massa secara langsung. Mereka memulainya sebagai organ perjuangan pemogokan. Karena keadaan terpaksa, dengan cepat mereka menjadi organ-organ dari perjuangan revolusi umum melawan pemerintah. Jalannya kejadian-kejadian dan transisi dari sebuah pemogokan sampai ke sebuah pemberontakan yang tak dapat dihentikan lagi membuat mereka menjadi organ pemberontakan.

Revolusi Februari 1917 menciptakan situasi baru yang menggairahkan, yakni Tsar turun tahta, yang berarti monarki yang telah berumur berabad-abad berakhir. Polisi dibubarkan. Di setiap pabrik dibentuk komite buruh. Di dalam banyak kesatuan, dibentuk komite tentara. Dewan buruh bangkit di mana-mana. Selama Revolusi tahun 1905, Trotsky (ketua dewan buruh Petrograd) sudah bisa menulis tentang institusi-institusi ini sebagai berikut:

Dewan buruh benar-benar menjadi sebuah pemerintahan buruh embrional ... Sejak awalnya, dewan buruh merupakan organisasi kaum proletar yang tujuannya adalah untuk memperjuangkan kekuasaan revolusioner. Dengan adanya dewan buruh, kita menyaksikan munculnya kekuasaan demokratis yang pertama di dalam sejarah Rusia moderen ... Dewan buruh merupakan demokrasi asli, tanpa struktur parlementer seperti majelis tinggi dan majelis rendah, tanpa birokrasi profesional, tetapi dengan hak yang dimiliki pemilih untuk merecall wakil-wakil mereka setiap saat. Melalui para wakilnya yang langsung dipilih oleh para buruh, dewan buruh menjalankan kepemimpinan langsung terhadap semua manifestasi sosial proletariat secara menyeluruh dan terhadap berbagai kelompok masing-masing; mengatur aksi-aksi mereka; dan menyediakan semboyan dan panji buat mereka.

Tetapi, setelah revolusi bulan Februari 1917, bersamaan dengan adanya dewan buruh, konstitusi lama tetap berlangsung. Di pabrik-pabrik, para majikan dan manajer lama bertahan pada posisi mereka. Di bidang ketentaraan, para jenderal masih memegang komando: kepala komando tentara saat itu adalah Jenderal Kornilov yang diangkat oleh Tsar. Bersamaan dengan kekuasaan dewan buruh, ada pemerintahan borjuis yang dikepalai oleh politisi liberal dari zaman Tsar. Situasi ini, yang oleh Lenin dan Trotsky disebut sebagai dual power (dualisme kekuasaan atau kekuasaan ganda), penuh dengan kontradiksi.

Meskipun sifat dewan buruh seperti yang disebutkan oleh Trotsky di atas, para pemimpinnya mengemis kepada kaum borjuis untuk tetap berkuasa. Mayoritas wakil dewan buruh adalah orang-orang sosialis sayap kanan, kelompok Menshevik dan kelompok Revolusioner Sosial. Dari 1.500 sampai 1.600 wakil, hanya 40 dari kelompok Bolshevik. Hal itu bukan merupakan suatu kebetulan, tapi merupakan situasi yang tak terelakkan, di mana jutaan orang bergeser ke kiri tetapi masih membawa beban ideologi Tsar masa lalu. Bagi jutaan orang yang sampai saat itu masih mendukung Tsar dan perangnya, pergeseran ke kiri ini tidak berarti mereka langsung bergabung pada partai yang paling radikal dari partai-partai yang ada, yakni partai Bolshevik. Orang kuat dari pihak Menshevik, I.G. Tseretelli, yang menjadi Menteri Dalam Negeri dalam Pemerintahan Borjuis Sementara, menjelaskan perlunya berkompromi dengan kaum borjuis: "Tidak ada jalan lain untuk revolusi. Memang benar bahwa kita memiliki seluruh kekuasaan, dan bahwa pemerintah akan mundur apabila kita mengangkat jari kita, tetapi itu akan berarti bencana bagi revolusi".

Di dalam pamflet berjudul Tugas-tugas Kaum Proletar dalam Revolusi kita, Lenin menulis tentang dual power sebagai berikut:

Dualisme kekuasaan termanifestasikan dengan adanya dua pemerintahan. Yang pertama adalah pemerintahan borjuis ... yaitu "Pemerintahan Sementara" dari Lvov dan Co, yang memegang organ-organ kekuasaan dalam tangannya. Yang kedua adalah pemerintahan tambahan yang sejajar, sebuah pemerintahan yang "mengontrol". Ini berbentuk Soviet Wakil-wakil Tentara dan Buruh di kota Petrograd, yang tidak mempunyai organ-organ kekuasaan negara tetapi secara langsung bersandar pada dukungan yang nyata dari sebagian besar rakyat -- kaum buruh dan tentara yang bersenjata.

Keadaan yang tak stabil ini tidak bisa bertahan lama:

Dualisme kekuasaan hanya menunjukkan suatu fase transisi dalam perkembangan revolusi, pada saat perkembangan ini bergeser lebih jauh daripada revolusi demokrasi borjuis biasa, tapi belum mencapai sebuah kediktatoran "murni" kaum proletar dan kaum tani.

Hanya setelah kejadian-kejadian seru selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, maka kaum Bolshevik berhasil memenangkan mayoritas golongan buruh. Pada tanggal 9 September, Soviet di Petrograd menyeberang ke kubu Bolshevik dan Trotsky terpilih sebagai presidennya. Pada hari yang sama partai Bolshevik memenangkan mayoritas dalam Soviet Moskow. Dari sini hanya diperlukan selangkah lagi menuju kekuasaan buruh pada tanggal 7 November 1917.

Peristiwa pada bulan Mei 1968 di Perancis menunjukkan kejadian yang sangat berbeda dengan hasil yang berbeda pula. Pada bulan Mei sampai Juni 1968, Perancis berada dalam krisis sosial dan politik yang parah. Pada tanggal 10-11 Mei malam, telah terjadi bentrokan berdarah antara mahasiswa dan CRS (polisi anti-huruharu) di Quartier Latin (daerah mahasiswa). Ribuan buruh muda bergabung dengan mahasiswa. Pada keesokan harinya, CGT, federasi serikat buruh utama, mengajak berdemonstrasi. Sejuta orang datang berdemonstrasi. Serikat buruh mengajak untuk mogok selama sehari pada tanggal 13 Mei, dan ada 10 juta orang yang ikut, berarti empat kali lipat dari jumlah buruh yang diorganisir oleh serikat-serikat buruh. Seluruh negara lumpuh. Para pimpinan CGT dan Partai Komunis berharap bahwa pemogokan dan demonstrasi sehari itu akan merupakan akhir perjuangan. Tetapi mereka tidak memperhatikan basis mereka yang masuk ke arena secara independen.

Pada tanggal 14 Mei, para buruh dari Sud Aviation di Nantes mendeklarasikan pemogokan dalam waktu yang tak terbatas. Mereka menduduki pabrik dan menahan manajer di kantornya. L'Humanite, sebuah koran Partai Komunis mencoba tidak mempedulikan kejadian itu, dan hanya memberitakannya dalam tujuh baris di halaman 9. Hari berikutnya, pemogokan dan pendudukan meluas sampai seluruh pabrik Renault. Seluruh buruh di pabrik-pabrik perakitan mesin, mobil dan kapal terbang mogok dan menduduki pabrik. Pada tanggal 19 Mei semua tram tidak berjalan, diikuti pelayanan surat dan telegram. Kereta api bawah tanah dan bus di Paris juga mengikuti, bahkan pemogokan mencapai pertambangan, perkapalan, penerbangan Air France, dan sebagainya.

Pada tanggal 20 Mei pemogokan itu menjadi pemogokan umum. Sekitar 10 juta buruh mogok. Orang-orang yang sebelumnya belum pernah mogok juga terlibat, seperti para penari Folies Bergere, pemain sepak bola, wartawan, pramuniaga dan teknisi, semua mogok. Bendera merah dikibarkan di seluruh tempat kerja. Tidak nampak ada bendera triwarna (borjuis), walaupun pimpinan CGT dan Partai Komunis menyatakan bahwa, "Panji kita adalah baik bendera triwarna maupun bendera merah".

Semua ini merupakan sesuatu yang baru, yang mencerminkan masa depan, tetapi "tradisi dari generasi mati" tetap bertahan. Memang benar bahwa sejuta rakyat berdemonstrasi di Paris pada tanggal 15 Mei. Ini merupakan hal baru. Tetapi birokrasi serikat buruh, ketakutan bahwa mahasiswa revolusioner akan bergabung dengan buruh, tetap berusaha untuk memisahkan kedua kelompok dengan menciptakan suatu lingkaran penjagaan yang terdiri dari 20.000 kader yang berpegangan tangan. Memang benar bahwa 10 juta buruh mogok, tetapi komite pemogokan tidak dipilih melainkan diangkat oleh birokrasi serikat buruh. Memang benar bahwa jutaan buruh menduduki pabrik-pabrik, tetapi sejak awal pendudukan itu, birokrasi serikat buruh menekankan bahwa hanya sejumlah kecil buruh yang harus tinggal di pabrik, sementara mayoritas diminta pulang, sehingga aksi mogok ini agak pasif. Seandainya semua buruh tetap tinggal di pabrik, maka pemogokan itu akan menjadi aktif.

Tragisnya, tidak ada organisasi revolusioner besar yang dapat mengatasi birokrasi. Pada bulan Mei 1917, Partai Bolshevik di Rusia mempunyai 23.600 anggota dan jumlah tersebut meningkat menjadi 250.000 pada bulan Agustus. Kelas buruh di Perancis jelas lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan di Rusia pada tahun 1917. Seandainya di sana muncul sebuah organisasi revolusioner yang berjumlah puluhan ribu, maka bisa diusahakan supaya kontingen buruh tidak terpisah dari mahasiswa dalam demonstrasi tadi. Bisa diadakan pemilihan secara demokratis untuk komite pemogokan, serta meyakinkan jutaan orang yang menduduki pabrik-pabrik untuk tetap tinggal di dalam pabrik, sehingga berkembang kekuatan kolektif yang jauh lebih kuat daripada seperti yang terjadi, yang hanya merupakan kumpulan individu. Sayangnya, jumlah orang revolusioner di Perancis bisa dihitung dalam ratusan saja.

Makanya, tidak lama setelah itu, pemerintah berhasil mendapatkan persetujuan dari serikat-serikat buruh untuk berkompromi dengan majikan dalam hal kenaikan upah. Pendudukan pabrik berakhir, pemogokan selesai, dan mereka mempersiapkan diri untuk menyambut kembalinya presiden mereka Jenderal de Gaulle. Selama pabrik-pabrik diduduki oleh buruh, de Gaulle telah lari ke luar negeri untuk mendapatkan perlindungan pasukan Perancis di Jerman Barat. Tetapi sekarang dia pulang untuk memerintah kembali. Pada tanggal 30 Mei, terjadi demonstrasi yang diikuti oleh setengah juta warga Paris sayap kanan. Polisi merebut kembali setasiun TV dan radio, mengusir buruh yang menduduki pabrik, menyerang mereka yang melanjutkan demonstrasi, bahkan membunuh dua orang buruh dan seorang murid. Demikianlah, potensi revolusioner yang begitu dahsyat tidak terpenuhi. Dan ini telah menjadi pola dalam revolusi-revolusi lain.

Pada bulan November 1918, revolusi di Jerman mengalahkan Kaiser dan menyebabkan Perang Dunia I berakhir. Namun pemilik-pemilik perusahaan besar seperti Krupps dan Thyssen tetap ada di belakang para jenderal dan para perwira reaksioner yang membentuk unit sayap kanan bernama Freikorps. Seperti di Rusia, di Jerman juga terjadi dualisme kekuasaan, di mana dewan-dewan buruh muncul di samping parlemen. Di bawah payung pemerintah Sosial- Demokrat, para perwira Freikorps membunuh para pemimpin revolusioner Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht. Kejadian-kejadian revolusioner berlangsung naik turun sampai 1923, tetapi berakhir dengan kemenangan kapitalisme. Gerakan Nazi lahir pada tahun 1919. Pada tahun 1923 mereka menyelenggarakan sebuah kudeta yang gagal di Bavaria, tetapi mereka tetap menunggu saat yang tepat. Hal ini sekali lagi adalah sebuah kesempatan yang hilang bagi buruh dan mereka akan menanggungnya dengan berat pada saat Hitler berkuasa.

Pada tahun 1930-an, Perancis mengalami peningkatan besar-besaran dalam hal perjuangan kelas buruh yang dimulai pada bulan Februari 1934, dan mencapai puncaknya pada tahun 1936 dengan kemenangan yang meyakinkan dari Front Populer, yang merupakan gabungan antara Partai Komunis, Partai Sosialis dan golongan liberal (yang secara salah disebut Sosialis Radikal, padahal mereka tidak radikal maupun sosialis). Jutaan buruh beranggapan "Sekarang pemerintah telah kita kuasai, mari kita mengambil alih pabrik-pabrik." Pada bulan Juni 1936, terjadilah gelombang pendudukan pabrik-pabrik. Namun para pemimpin Partai Komunis dan Partai Sosialis menyerukan untuk mundur dan kemudian melakukan kompromi dengan pemilik pabrik. Setelah itu Partai Komunis ditendang dari Front Populer. Deladier dari Sosialis Radikal yang menandatangani perjanjian Munich dengan Hitler pada tahun 1938. Dan adalah parlemen yang sama yang dipilih di tengah kemenangan besar Front Populer pada tahun 1936, yang mendukung Marshal Petain, kepala rejim Vichy yang berkolaborasi dengan Nazi tahun 1940-an.

Timur Tengah merupakan daerah lain yang mengalami pergolakan yang menggoncangkan kemapanan tetapi gagal untuk memenangkan terobosan yang fundamental. Di Irak, Raja Feisal digulingkan pada tahun 1951 oleh sebuah gerakan massa. Partai Komunis Irak merupakan sebuah partai yang kuat, bahkan paling kuat di negara-negara Arab. Partai itu bersekutu dengan Ba'ath, partai borjuis nasional. Di bawah kepemimpinan Stalin, Partai Komunis percaya bahwa revolusi yang akan datang adalah revolusi yang demokratis (bukan sosialis), sehingga partai-partai buruh harus beraliansi dengan partai-partai borjuis. Strategi ini akibatnya fatal. Partai Ba'ath yang dipimpin oleh Saddam Hussein dengan bantuan CIA, melakukan pembunuhan massal terhadap kaum Komunis.

Di Iran, sebuah pemogokan umum telah menyebabkan jatuhnya Shah pada tahun 1979. Dewan-dewan buruh yang disebut shora menjamur di seluruh negara. Tragisnya para pemimpin shora ini, yang kebanyakan dari Partai Tudeh (pro-Moskow) dan gerakan Fedayin, memandang revolusi sebagai revolusi demokratis borjuis, bukan revolusi proletar, dan bahkan mereka memberi dukungan kepada pendirian republik Islam. Akhirnya Ayatollah Khomeini berkuasa tanpa menunjukkan rasa terima kasih sama sekali kepada Partai Tudeh ataupun Fedayin, dan kaum kiri menjadi target penindasan secara kejam.

Semua kejadian di atas mengkonfirmasikan secara lengkap akan ramalan St. Just, seorang pemimpin Revolusi Perancis tahun 1789: "Mereka yang melakukan revolusi secara setengah-setengah akan menggali kubur mereka sendiri." Untuk menyelesaikan revolusi dan membawanya ke kemenangan yang penuh, kaum proletar harus dipimpin oleh sebuah partai revolusioner. Kelas buruh sendiri yang harus melakukan revolusi, tetapi partainya memberi pedoman kepada buruh. Seperti yang ditulis secara jitu oleh Trotsky:

Tanpa sebuah organisasi yang memberi pedoman, tenaga massa akan bubar bagaikan uap yang tak ditampung dalam kotak seher. Namun faktor penggerak bukanlah seher atau kotak, melainkan uapnya sendiri.

Perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan, antara Rusia pada bulan Oktober 1917 dan semua contoh-contoh lain, adalah bahwa dalam kasus Rusia ada sebuah partai revolusioner yang memimpin secara efektif. Walaupun kaum sosialis revolusioner tidak dapat menentukan kapan krisis revolusioner akan pecah, mereka menentukan hasil akhirnya melalui seberapa jauh mereka membangun partai revolusioner yang kuat.

Partai revolusioner dan kelas buruh

Inti ajaran Marxisme adalah bahwa emansipasi kelas buruh harus berasal dari tindakan kaum buruh sendiri. Manifesto Komunis menyatakan:

Semua gerakan sejarah yang terdahulu adalah gerakan minoritas, atau demi kepentingan minoritas. Gerakan proletar adalah gerakan yang sadar-diri, gerakan independen yang berasal dari mayoritas yang berjumlah besar, demi kepentingan mayoritas tersebut.

Pada waktu yang bersamaan, Manifesto Komunis juga menyatakan: "Pikiran-pikiran yang menguasai dalam tiap-tiap zaman adalah senantiasa pikiran-pikiran kelas yang berkuasa." Ada kontradiksi antara dua pernyataan itu, tetapi kontradiksinya tidak ada di kepala Marx dan Engels. Kontradiksi itu muncul dalam realitas. Seandainya hanya satu dari pernyataan itu benar, maka kemenangan kelas buruh akan menjadi pasti atau mustahil. Kalau para buruh tidak terpengaruh oleh ide-ide kapitalis yang egoistis, apati terhadap buruh lain, rasisme, seksisme, dll, maka sosialisme tidak bisa dielakkan, dan akan datang dengan sendirinya walaupun kaum revolusioner tidak mengangkat jari mereka. Sedangkan jika kaum buruh setuju sepenuhnya atas ide-ide kelas yang berkuasa, sosialisme tidak mungkin terjadi dan keadaan akan tetap seperti itu selamanya. Keseimbangan antara kedua faktor, yakni aktivitas kelas buruh sendiri dan pengaruh ide-ide kapitalis tidak statis. Keseimbangan itu akan berubah setiap waktu. Kadang-kadang perubahannya lambat dan tidak terasa dalam jangka waktu lama, tapi kemudian bisa berubah secara dramatis dalam sekejap.

Menajamnya perjuangan kelas yang menyebabkan naiknya kepercayaan diri para buruh dapat melemahkan pengaruh ide-ide borjuis. Sebaliknya, kecenderungan menurunnya semangat tempur para buruh diikuti dengan kekalahan yang serius dan terus menerus, atau pengangguran massa yang berjangka waktu lama (hal itu mengikis kepercayaan diri para buruh), membuat mereka lebih siap untuk mengikuti ide-ide reaksioner.

Namun demikian, perubahan keseimbangan antara kedua faktor tersebut tidak hanya bergantung pada apa yang terjadi di tempat kerja, atau di bidang ekonomi. Engels menulis bahwa perjuangan kelas ada dalam tiga bidang: ekonomi, politik dan ideologi. Ketiga bidang itu tentu saja saling berkaitan, dengan masalah ekonomi sebagai basis dan masalah politik dan ideologi sebagai suprastrukturnya. Tetapi semangat tempur buruh bisa meningkat atau bahkan meledak, bukan hanya karena mereka menang dalam memperjuangkan masalah upah atau dalam melawan pemecatan-pemecatan, tetapi juga karena kejadian-kejadian di bidang politik.

Revolusi Rusia pada bulan Februari 1917 bukanlah merupakan hasil dari sebuah peningkatan dalam pemogokan-pemogokan, melainkan merupakan reaksi langsung dari perang. Empat juta tentara Rusia telah tewas, dan negara dilanda kelaparan. Kerusuhan dan demonstrasi di Petrograd pada awal Februari menyalakan revolusi, tetapi kejadian-kejadian ini kecil sekali hubungannya dengan meningkatnya perjuangan industrial.

Keseimbangan antara kedua faktor -- yakni cara berpikir baru yang berkembang dari tindakan buruh sendiri, dan beban ide-ide kapitalis -- tidak hanya bergejolak dengan perubahan dalam keadaan sosial secara umum, tetapi juga mempengaruhi masing-masing buruh secara berbeda. Dapat dikatakan bahwa dalam setiap situasi yang ada, ada sebagian buruh yang menerima betul-betul ide-ide kaum borjuis, mereka itu adalah para buruh konservatif. Sebagian yang lain betul-betul menolak ide-ide kaum borjuis, mereka itu adalah para buruh revolusioner. Secara skematis, kita bisa berkata bahwa kedua kelompok itu diwakili oleh dua partai yang terpisah yakni partai konservatif dan partai buruh revolusioner. Di antara kedua partai ini ada kelompok buruh yang ketiga yang merupakan dasar sosial untuk partai reformis (contohnya Partai Buruh Inggris atau Australia). Dalam pidatonya di Kongres Kedua Internasional Komunis tahun 1920, Lenin mendefinisikan Partai Buruh sebagai "partai buruh kapitalistik". Menurut Lenin partai ini adalah partai "kapitalistik" karena garis politiknya tidak putus dengan sistem kapitalis, tetapi sekaligus merupakan partai yang berkaitan dengan kelas buruh. Kenapa? Bukan karena partai ini dicoblos oleh kebanyakan buruh. Pada waktu itu justru partai konservatiflah yang memperoleh dukungan terbanyak dari golongan buruh. Lenin menyebut partai itu sebagai partai kelas buruh karena timbulnya partai tersebut mencerminkan aspirasi kelompok buruh yang lebih sadar untuk membela diri melawan kapitalisme.

Tentu saja ini merupakan sebuah klasifikasi kasar. Di antara partai-partai revolusioner dan partai reformis, ada juga satu macam partai lainnya yang disebut partai tengah (centrist). Sifat utamanya adalah kecurangan dan kebimbangan. Partai tengah ini kadang-kadang bergerak dari kanan ke kiri, atau dari kiri ke kanan, dan bisa mengubah tujuannya dalam waktu sekejap. Partai tengah ini seperti bunglon, selalu berubah warnanya dan tidak pernah konsisten.

Bahaya terbesar bagi sebuah partai revolusioner adalah bahwa partai ini beradaptasi dengan partai tengah, padahal partai tengah mengekor para reformis dan para reformis ini mengekor partai kapitalis.

Salah satu contohnya: selama pemogokan umum tahun 1926 di Inggris, pemimpin Partai Komunis melunakkan diri dan menyesuaikan kebijakan kunci mereka, dengan harapan bahwa dengan metode ini mereka dapat mengambil hati para pemimpin serikat buruh yang ikut aliran "tengah". Sebagai akibatnya mereka mengekor orang-orang seperti A.J. Cook, George Hicks dan Alfred Purcell, para pimpinan berhaluan "kiri" dari dewan umum Trades Union Congress (TUC - Kongres Serikat Buruh). Pada gilirannya Cook, Hicks dan Purcell mengekor pimpinan sayap kanan dari TUC yakni Jimmy Thomas, Arthur Pugh dan Ben Turner. Ketiganya mengekor Ramsay MacDonald (pemimpin Partai Buruh) dan pada gilirannya si Ramsay MacDonald memberi dukungan tidak langsung kepada kebijaksanaan Stanley Baldwin, perdana menteri dari Partai Konservatif saat itu. Penyesuaian Partai Komunis terhadap unsur-unsur "tengah" itu akhirnya menyebabkan kekalahan besar kelas buruh Inggris. Partai revolusioner yang menghadapi kebimbangan para pemimpin partai tengah harus menunjukkan kejernihan dan ketabahan. Seseorang harus tetap tabah untuk memantapkan ketidakmantapan.

Sejarah dibuat oleh kelas buruh sendiri, makanya partai revolusioner harus menghindari dua bahaya: yang pertama adalah sikap yang disebut "substitutionism", yakni kepercayaan bahwa partai itu bisa bertindak sebagai pengganti kelas buruh, atau bertindak atas nama kelas buruh tanpa partisipai kaum buruh sendiri. Yang kedua adalah oportunisme, penyesuaian diri untuk pandangan-pandangan yang bertahan di kelas itu.

Satu macam dari "substitutionism" itu adalah sikap sektarian. Misalnya: seandainya terjadi aksi mogok kerja dan kaum buruh berkumpul di depan gerbang pabrik, seorang revolusioner mungkin melakukan tugas jaga bersama mereka dan di sebelahnya ada seorang buruh yang berkomentar rasis. Si revolusioner itu dapat melakukan satu dari tiga hal. Bisa mengatakan: "Aku tidak mau berdiri bersebelahan dengan orang rasis ini; aku pulang." Itu adalah sektarianisme, mentalitas bahwa kaum revolusioner mampu bergerak secara berpisah. Ini salah, karena emansipasi kelas buruh merupakan tindakan kelas buruh sendiri, jadi kita harus selalu mendampingi para buruh itu melawan para majikan. Kemungkinan yang lain adalah mengelak, dengan berbuat seolah-olah tidak mendengar komentar rasis itu dan membelokkan percakapan ke arah lain dengan mengatakan "Cuaca hari ini bagus, ya?" Ini adalah oportunisme. Kemungkinan ketiga adalah kita mendebat orang itu untuk melawan rasisme. Kalau dia bisa diyakinkan, bagus. Kalau tidak, apa daya; tetapi bila sekelompok preman datang untuk menyerang kaum buruh, kita harus mempertahankan diri bahu-membahu bersama si buruh yang rasis itu. Karena kaum buruh sendiri yang harus memperjuangkan emansipasi mereka, dan seorang yang revolusioner tidak boleh berpisah dari kaum buruh. Setelah itu kita bisa berdebat lagi dengan buruh itu. Seorang revolusioner harus menghindari baik sikap "substitutionism" dan mentalitas sektarian maupun sikap yang mengekor pandangan reaksioner yang ada dalam kelas buruh.

Kesuksesan revolusi juga bergantung pada peranan partai revolusioner yang bertindak sebagai "universitas" kelas buruh. Situasi kelas buruh yang berhadapan dengan kelas borjuis sangat berbeda dengan posisi kelas borjuis jaman dulu pada saat mereka memberontak melawan tuan-tuan tanah feodal. Kaum kapitalis, bahkan sewaktu kelas mereka masih muda, terdiri dari orang-orang yang secara intelektual independen dari kaum bangsawan. Memang benar bahwa kaum kapitalis harus menyingkirkan kaum bangsawan, seperti kelas buruh sekarang harus menyingkirkan kaum kapitalis. Tetapi, kaum buruh kurang beberapa keuntungan seperti yang dimiliki kaum bourjuis saat mereka ingin membuat sebuah revolusi.

Kaum borjuis memiliki sejumlah kelebihan saat itu dibandingkan degan kelas buruh sekarang. Musuhnya, kaum bangsawan, tidak sekaya kaum kapitalis. Kaum kapitalis bisa menghadapi kaum bangsawan dengan mengatakan, "Baiklah, kalian punya tanah, tetapi kami punya uang, kami juga punya bank-bank. Kalau kamu bangkrut, bagaimana caramu menyelamatkan diri? Kamu mencoba mencampuradukkan darah birumu dengan emasku. Kamu mencoba mengawini anak perempuanku." Kalau terjadi pertikaian intelektual, kaum kapitalis bisa mengatakan: "Baiklah, kalian punya gereja, tetapi kami punya universitas. Kalian punya pastor, tetapi kami punya profesor. Kalian punya Kitab Suci, tetapi kami punya ensiklopedia. Ayo, minggir!"

Lebih banyak pengaruh kapitalis terhadap bangsawan daripada sebaliknya. Revolusi Perancis berawal dari sebuah pertemuan Estates General (Tiga Tingkat Sosial: bangsawan, gereja dan kelas menengah). Pada saat pemilihan, banyak bangsawan dan pastor/pendeta memilih aliran kapitalis, bukan sebaliknya. Apakah posisi kaum buruh vis-a-vis kapitalis sekarang seperti itu? Tentu saja tidak. Kaum buruh tidak dapat mengatakan kepada kaum kapitalis: "Baiklah, kalian punya Ford, General Motors, Salim Group dll. Kami mempunyai..." Dalam hal ide-ide, hampir tidak ada pengaruh pers sosialis terhadap kaum kapitalis, sementara itu jutaan buruh terpengaruh propaganda kapitalis.

Ketika kita mengatakan bahwa partai revolusioner adalah "universitas" bagi kelas buruh, itu berarti kita harus belajar dari pengalaman historis dan internasional kelas buruh, baik kemenangan-kemenangan maupun kekalahan-kekalahan mereka. Partai revolusioner harus menjadi "the memory of the working class", harus selalu mengumpulkan dan menyimpan pengalaman dan ingatan kelas buruh. Jadi melihat keadaan di Indonesia saat ini, kita harus memikirkan pengalaman pemerintahan kaum buruh pertama di dunia, yakni Komune Paris 1871, di mana buruh memegang kekuasaan selama 74 hari. Kita harus belajar dari Revolusi 1905, bahkan juga dari kemenangan Revolusi Oktober. Pada saat yang sama kita harus belajar dari kekalahan Revolusi Jerman 1918-1923, kekalahan pemogokan umum di Inggris tahun 1926, pembunuhan seluruh pimpinan Partai Bolshevik oleh Stalin setelah kematian Lenin, penghapusan dewan-dewan buruh dan penggantian rejim proletar Bolshevik dengan orde kapitalis-negara di bawah rejim Stalinis. [Rejim Stalin itu memang mengatasnamakan sosialisme, tetapi intinya kapitalis.] Kita harus belajar dari malapetaka di Jerman pada tahun 1933, ketika gerakan buruh yang paling kuat dan paling terorganisir di dunia menyerah tanpa perlawanan kepada Nazi, karena dipimpin oleh dua partai di mana salah satunya adalah partai reformis sayap kanan dan satunya lagi partai stalinis. Kita harus belajar mengapa masyarakat di Cina berkembang sedemikian rupa sehingga di puncak ada banyak jutawan, sementara itu di bawah ada ratusan juta yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Untuk memberikan kepercayaan diri pada perjuangan kaum buruh, Partai revolusioner harus mengembangkan pikiran yang tajam dan jernih. Sedangkan skeptisme yang teoritis tidak cocok dengan tindakan revolusioner. Tentu saja kita tidak boleh berpikiran dogmatis; tetapi kita juga tidak boleh plin-plan di bidang teori. Seperti yang dikatakan Lenin, "Yang paling penting adalah percaya diri bahwa jalan yang dipilih merupakan jalan yang paling benar. Kepercayaan ini melipatgandakan energi dan antusiasme revolusioner yang dapat menampakkan keajaiban." Tanpa memiliki pengetahuan tentang hukum-hukum perkembangan sejarah, kita tidak dapat berjuang secara mantap. Selama tahun-tahun yang sulit dan mengecewakan, dalam keadaan kelaparan dan terisolasi, kaum revolusioner tidak akan dapat bertahan tanpa keyakinan bahwa tindakan mereka cocok dengan tuntutan jaman. Supaya tidak tersesat, kita harus mantap secara ideologis.

Skeptisme teoritis dan kemantapan revolusioner tidak cocok. Kekuatan Lenin adalah bahwa dia selalu menghubungkan antara teori dan proses pembentukan manusia. Dia menilai setiap gagasan teori dalam hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan praktek. Demikian juga dia menguji setiap langkah praktek apakah cocok dengan teori Marxis. Dia mengombinasikan teori dan praktek secara sempurna.

Lenin percaya akan improvisasi. Tetapi supaya improvisasi ini tidak hanya bersifat reaktif, harus sesuai dengan perspektif umum yang berdasarkan pada teori yang dipikirkan secara baik-baik.

Menjalankan praktek tanpa teori bisa mengakibatkan ketidakmenentuan dan kesalahan. Di lain pihak, belajar Marxisme dengan melepaskan perjuangan sosial berarti memisahkan diri dari tindakan yang mendorongnya - aksi. Dan kita bisa menjadi para kutu buku yang tidak berguna.

Praktek harus diklarifikasikan dengan teori revolusioner, dan teori harus diuji melalui praktek. Tradisi Marxis dapat diasimilasi ke dalam pikiran dan darah manusia hanya dengan cara berjuang.

Pembentukan partai revolusioner

Lenin adalah orang yang paling mengerti tentang peran partai revolusioner dan aktivitasnya. Pengalamannya dalam membangun Partai Bolshevik dari 1903 sampai tahun-tahun berikutnya sangat berguna untuk dikaji. Embrio dari partai revolusioner adalah kelompok diskusi atau lingkar studi. Ini merupakan tahap yang diperlukan dalam "akumulasi kader tahap primitif". Tetapi ini hanya sebuah tahapan saja. Mentalitas kelompok diskusi memiliki kelemahan-kelemahan yang serius, karena masih amatir dan dapat menjadi rintangan dalam membangun partai revolusioner.

Pada tahun 1902, dalam sebuah pamflet brilian yang berjudul Apa yang harus Dilakukan?, Lenin mengatakan bahwa para revolusioner Rusia harus mengakhiri mentalitas lingkar itu. Dia mengatakan bahwa para revolusioner harus membangun sebuah organisasi se-Rusia yang tersentralisasi. Untuk menuju ke situ mereka pertama-tama harus melawan apa yang disebut kustarichestvo ("kerajinan tangan tak terampil") - artinya metode organisasi yang primitif. Mereka harus membentuk sebuah organisasi yang kuat yang terdiri dari para revolusioner profesional. Ini diperlukan terutama dalam kondisi terlarang di bawah Tsar. Tetapi untuk menghindarkan organisasi itu menjadi sebuah sekte, mereka harus bekerjasama secara erat dengan buruh dan perjuangan-perjuangan mereka. Kuncinya adalah koran partai. Koran itu harus menjadi senjata untuk membangun sebuah organisasi se-Rusia yang tersentralisasi. Dalam sebuah artikel berjudul "Darimana Harus Mulai", Lenin menulis bahwa peranan koran seharusnya tidak:

... terbatas pada penyebaran ide-ide, pendidikan politik, dan pada pendaftaran sekutu-sekutu politik. Sebuah koran tidak hanya melakukan propaganda dan agitasi kolektif, tetapi juga harus menjadi organisator kolektif. Dalam hal terakhir ini mungkin bisa disamakan dengan rancah yang mengelilingi bangunan dalam proses konstruksi, yang menandai bentuk struktur bangunan dan memudahkan komunikasi di antara para pembangunnya, sehingga mereka bisa mendistribusikan pekerjaan dan memandang hasil-hasil yang dikerjakan oleh tenaga mereka yang terorganisir. Dengan bantuan koran itu, sebuah organisasi yang permanen akan berkembang secara alamiah. Organisasi ini akan berperan tidak hanya dalam aktivitas lokal, tetapi dalam pekerjaan umum yang reguler, dan akan melatih para anggotanya untuk mengamati kejadian-kejadian politik secara telaten, menafsir artian dan pengaruh mereka dalam berbagai macam strata penduduk, dan memgembangkan taktik-takik efektif bagi partai revolusioner itu untuk mempengaruhi kejadian-kejadian tersebut.

Pekerjaan teknis seperti mempersiapkan berita-berita buat koran ini serta mempromosikan dan menyebarluaskanya akan memerlukan sebuah jaringan kerja agen-agen lokal partai itu, yang akan berkomunikasi secara teratur satu sama lain, selalu mengetahui tentang keadaan-keadaan umum, terbiasa untuk menjalankan fungsi-fungsi mereka secara rinci dan teratur di seluruh Rusia, dan menguji kekuatan mereka dalam menggelar berbagai aksi revolusioner.

Jaringan agen ini akan membentuk kerangka sebuah organisasi seperti yang kita butuhkan. Cukup luas dan bersegi ganda demi menjalankan sebuah pembagian kerja yang teliti dan terperinci; dan sangat kuat supaya mampu meneruskan pekerjaannya secara mandiri dalam keadaan apa pun bahkan di hadapan perubahan yang sangat mendadak, atau situasi yang amat berbelit-belit, atau dalam situasi tak terduga. Di satu pihak cukup fleksibel untuk menghindari perang terbuka melawan musuh yang sangat besar, ketika musuh itu sudah memusatkan seluruh kekuatan mereka di satu titik; tetapi di lain pihak mampu mengambil kesempatan baik, dan menyerang musuhnya ketika mereka tidak terlalu menyadarinya.

Menurut tulisan Lenin ini, koran partai merupakan organisator partai.

Tetapi dengan pecahnya Revolusi 1905, Lenin mengubah argumentasinya: partai seharusnya tidak terdiri dari orang-orang revolusioner profesional, melainkan berdasarkan atas pengerahan massa. Pada musim semi 1905, dalam kongres Partai Rusia, Lenin mengusulkan sebuah resolusi untuk meminta partai membuka pintunya lebar-lebar kepada buruh, dan buruh itu harus maju ke depan dan memainkan peran memimpin. Partai harus:

.... melakukan setiap usaha untuk memperkuat hubungan antara partai dan massa buruh dengan menyadarkan golongan proletarian dan semi-proletarian yang lebih luas sampai ke kesadaran penuh (sosialis revolusioner), dengan mengembangkan aktivitas revolusioner mereka ..... dengan mengusahakan sebanyak mungkin buruh yang mampu memimpin gerakan itu dan organisasi-organisasi partai dimunculkan dari tengah massa kelas buruh, dan masuk cabang lokal dan seluruh partai kita melalui pembentukan sebanyak mungkin organisasi-organisasi kelas buruh yang merupakan onderbouw partai kita. Dan dengan mengusahakan bahwa organisasi-organisasi kelas buruh yang tidak ingin atau tidak bisa masuk partai seharusnya paling tidak diajak bekerjasama.

Dalam artikelnya berjudul "Reorganisasi Partai" yang ditulis pada bulan November 1905, secara blak-blakan Lenin mengatakan bahwa "Secara naluri dan spontan kelas buruh merupakan sosialis revolusioner". Sebagai akibat dari reorientasi ini, jumlah anggota partai melangit. Walau pada tahun 1903 anggotanya hanya ada ratusan, pada bulan Oktober 1906 Partai Bolshevik mempunyai 33.000 anggota. Lenin mengerti bahwa perkembangan partai membutuhkan berbagai macam taktik dan bentuk organisasi yang bergantung pada besar-kecilnya organisasi partai, komposisi para anggota, dan tugas-tugas yang terlontar oleh konyuktur politik di saat-saat tertentu. Tanpa pengertian ini, pertumbuhan Partai Bolshevik yang hebat itu tidak mungkin terjadi.



Partai revolusioner dan serikat-serikat buruh

Orang-orang revolusioner ikut terlibat di segala aspek perjuangan buruh. Jadi, mereka terlibat secara mendalam di perjuangan serikat-serikat buruh. Di mata para reformis gerakan buruh terbagi-bagi ke dalam kompartemen yang berbeda dan terpisah: perjuangan ekonomi merupakan tugas serikat buruh; perjuangan politik (seperti berpartisipasi dalam pemilihan parlemen dan pemerintahan lokal) merupakan tugas partai-partai reformis. Lain dengan mereka, kaum Marxis melihat kelas buruh sebagai totalitas, sebagai kelas yang menggunakan dua senjata dalam perjuangan, yakni senjata ekonomi dan politik.

Pada umumnya, dikotomi antara perjuangan ekonomi dan politik tidak terlihat dalam karya Marx. Sebuah tuntutan ekonomi yang diajukan oleh satu sektor kelas buruh, didefinisikan sabagai "ekonomis" dalam istilah Marx. Tetapi kalau tuntutan yang sama disampaikan kepada pemerintah, itu dianggapnya "politik":

Usaha di sebuah pabrik atau bidang industri tertentu guna memaksa para individu kapitalis untuk memperpendek jam kerja (melalui mogok kerja dsb), merupakan gerakan ekonomi murni. Di pihak lain gerakan untuk menuntut undang-undang yang membatasi jam kerja menjadi delapan jam maksimum, adalah sebuah gerakan politik. Artinya ini merupakan gerakan seluruh kelas, dengan tujuan memaksakan kehendak mereka secara umum, dalam bentuk yang berlaku di seluruh masyarakat ... setiap gerakan di mana kaum buruh muncul sebagai sebuah kelas melawan kelas-kelas yang berkuasa, dan mencoba untuk memaksa mereka dengan menggunakan tekanan dari luar, merupakan sebuah gerakan politik.

Perjuangan-perjuangan ekonomi (sektoral) tidak selalu memunculkan perjuangan politik (yang melibatkan seluruh kelas buruh), tetapi tidak ada pemisahan secara absolut antara keduanya, dan banyak perjuangan ekonomi meluap menjadi perjuangan politik. Pengalaman di Rusia tahun 1905, di mana pemogokan massa menjadi motor revolusi, memberikan pengertian baru yang mendalam untuk memahami hubungan erat antara perjuangan ekonomi dan perjuangan politik. Rosa Luxemburg mencatat bahwa di masa revolusi, perjuangan ekonomi berkembang dan meluas menjadi perjuangan politik, dan sebaliknya:

Gerakan semacam ini tidak hanya bergerak ke satu arah, dari sebuah perjuangan ekonomi ke politik, tetapi juga dalam arah sebaliknya. Setiap aksi massa politik yang penting, setelah mencapai puncak, menimbulkan sejumlah pemogokan ekonomi massa. Dan prinsip ini bukan hanya relevan untuk pemogokan massa secara terpisah, tetapi juga untuk revolusi secara keseluruhan. Dengan perluasannya, klarifikasi dan intensifikasi perjuangan politik, perjuangan ekonomi bukan hanya tidak surut, bahkan sebaliknya berkembang luas sekaligus menjadi lebih terorganisir dan lebih intensif. Ada pengaruh timbal-balik antara kedua macam perjuangan itu. Setiap serangan dan kemenangan baru dalam perjuangan politik akan berdampak secara dahsyat kepada perjuangan ekonomi, karena dengan meluasnya cakrawala kaum buruh serta motivasi mereka untuk memperbaiki kondisi mereka, pengalaman tersebut juga mempertinggi semangat tempur mereka. Setiap selesai gelombang aksi politik, ada endapan subur, dari situ akan muncul ribuan perjuangan ekonomi, dan sebaliknya.

Klimaks dari pemogokan massa adalah "pemberontakan terbuka, yang hanya akan terrealisir sebagai titik kulminasi dari serangkaian pemberontakan lokal yang mempersiapkan medan (yang hasilnya selama beberapa waktu mungkin adalah kekalahan sementara, sehingga aksi tersebut mungkin tampaknya 'gegabah')." Betapa hebatnya peningkatan kesadaran kelas yang dapat dihasilkan oleh pemogokan-pemogokan massa ini:

Yang paling berharga (karena paling abadi) dalam naik turunnya arus gelombang revolusi, adalah perkembangan jiwa kaum proletar. Keuntungan yang didapat oleh lompatan intelektual yang tinggi kaum proletar akan menjamin kemajuan mereka secara terus menerus dalam perjuangan politik dan ekonomi yang akan datang.

Namun kalau kita menarik kesimpulan dari diskusi di atas bahwa tidak ada perbedaan kualitatif yang penting antara partai dan serikat-serikat buruh, itu akan merupakan kesalahan besar. Soal ini terutama penting bagi negeri-negeri seperti Indonesia, di mana serikat-serikat buruh baru dalam tahap awal, dan batas antara kedua macam organisasi tersebut sering kurang jelas. Slogan pokok serikat-serikat buruh sudah dicanangkan di Inggris pada abad ke-19 sbb: "Upah yang pantas untuk pekerjaan yang pantas". Sedangkan tujuan kaum revolusioner dan sosialis, adalah meniadakan sistem upah, meniadakan tatanan sosial di mana seseorang harus menjual tenaganya dan orang lain membelinya. Sudah jelas bahwa sepanjang ada kapitalisme, kita memilih upah tinggi daripada yang rendah, tetapi perbedaan tujuannya tetap ada.

Serikat-serikat buruh dan partai revolusioner merekrut anggota berdasarkan kriteria yang sangat berbeda. Partai revolusioner memilih mereka yang setuju dengan prinsip ideologi partai. Serikat-serikat buruh bertujuan merekrut setiap buruh, biar revolusioner, reformis ataupun konservatif. Kalau mereka yang beraliran konservatif juga terlibat sehingga bisa dipengaruhi oleh buruh lain, hal itu akan memperkuat serikat buruh. Sebaliknya, partai revolusioner seharusnya tidak melonggarkan barisan dengan menerima orang yang tidak setuju dengan garis politiknya. Gerakan serikat buruh bagaikan sebuah kapak yang besar tapi tumpul. Partai revolusioner merupakan kapak yang tajam, walaupun relatif kecil. Lenin mebedakan antara peran para revolusioner Marxis dengan peran seorang sekertaris serikat buruh:

Sekertaris serikat buruh selalu membantu buruh untuk melakukan perjuangan ekonomi; menolong mereka untuk menampakkan masalah pelecehan-pelecehan di pabrik; menerangkan hukum-hukum yang tidak adil yang mengurangi hak buruh untuk mogok dan picketing (berdiri di depan tempat kerja untuk menunjukkan kepada masyarakat umum bahwa ada pemogokan di sebuah pabrik); menerangkan sikap berat-sebelah hakim-hakim pengadilan dalam kasus industrial, sebab mereka tergolong kelas borjuis, dsb dsb. Pendek kata, seorang sekertaris serikat buruh memimpin dan menjalankan "perjuangan ekonomi melawan majikan dan pemerintah"... Cita-cita kaum sosialis seharusnya tidak menjadi sekertaris serikat buruh, tetapi menjadi corong rakyat, yang mampu bereaksi terhadap setiap tirani dan penekanan, tidak peduli di mana munculnya, tidak peduli golongan apa yang bersangkutan; yang mampu menggeneralisir semua perwujudan ke dalam sebuah gambaran dari kekejaman polisi dan eksploitasi kapitalis; yang mampu mengambil keuntungan dari setiap kejadian betapapun kecilnya, untuk menyatakan di depan umum pendirian sosialis dan tuntutan demokratisnya, demi menjelaskan kepada semua orang tentang pentingnya perjuangan sejarah dunia untuk emansipasi kaum proletar.

Partai revolusioner dan faksi liberal di dalam revolusi demokrasi

Di sederetan negeri di mana kelas borjuis masih muda dan rejim politiknya baik otokratik atau baru saja menjadi demokratis seperti Indonesia, ada bahaya bahwa kaum proletar akan mengekor kaum demokrat borjuis. Kaum borjuis Perancis berhasil melaksanakan revolusi mereka pada tahun 1789-1793, tetapi sejak saat itu polanya telah berbeda. Contohnya, kaum borjuis di Jerman pada tahun 1848 berkhianat terhadap revolusi mereka dan menyerah kepada raja dan para Junker (pemilik tanah). Kaum borjuis Jerman takut akan bangkitnya kelas buruh. Dewasa ini kelas buruh terdapat di mana-mana dan dipekerjakan di pabrik-pabrik yang jauh lebih besar daripada yang ada pada tahun 1789 atau 1848. Sehingga ketakutan akan kaum proletar selalu melumpuhkan para politisi dan intelektual borjuis. Pada bulan Maret 1850 Marx mengatakan bahwa kelas buruh Jerman seharusnya tidak meletakkan dirinya dibawah kaum liberal borjuis dan golongan intelektual borjuis kecil:

Hubungan antara partai revolusioner buruh dan golongan demokratis borjuis kecil adalah sebagai berikut: partai tersebut berjuang bersama mereka melawan faksi yang harus digulingkan, tetapi kita melawan mereka dalam segala hal di mana mereka berupaya mengkonsolidasikan posisi mereka demi kepentingan mereka sendiri.

Jauh dari keingingan untuk mengubah seluruh masyarakat demi kepentingan kaum proletar revolusioner, golongan demokratis borjuis kecil berusaha untuk mengubah keadaan-keadaan sosial agar masyarakat yang ada akan menjadi seenak dan senyaman mungkin buat mereka sendiri ...

Walau golongan borjuis kecil demokratis ingin menyelesaikan revolusi secepat mungkin ... kita berkepentingan dan bertugas untuk membuat revolusi menjadi permanen, sampai seluruh kelas pemilik tersingkirkan dari posisi mereka yang dominan, dan kaum proletar merebut kekuasaan negara .... Bagi kita masalahnya bukanlah perubahan kepemilikan swasta, melainkan penghapusan kepemilikan swasta; bukan mengurangi antagonisme kelas, melainkan penghapusan perbedaan kelas sama sekali; bukan perbaikan masyarakat yang ada melainkan pendirian masyarakat baru.

Sudah jelas bahwa dalam konflik-konflik berdarah mendatang, seperti dalam konflik yang terdahulu, buruhlah yang harus memperjuangkan kemenangan dengan keberanian, kebulatan tekad dan pengorbanan diri mereka. Dalam perjuangan sekarang, seperti dulu, kebanyakan besar borjuis kecil akan tetap bersikap ragu-ragu selama mungkin, tidak mengambil keputusan dan tidak aktif; tetapi kemudian, begitu hasil peperangan sudah jelas, mereka akan merebut buah hasil itu demi kepenting mereka sendiri, serta menyuruh kaum buruh untuk tetap tenang dan kembali ke pekerjaan mereka. Mereka akan mewaspadai semua kelakuan yang "keterlaluan", dan merintangi kaum proletar untuk ikut menikmati hasil kemenangan ... sehingga kaum buruh sendiri harus melakukan sepenuhnya demi kemenangan akhir mereka sendiri, memperjelas apa kepentingan kelas mereka, serta memposisikan diri mereka sebagai partai independen sesegera mungkin. Dan tidak membiarkan diri disesatkan oleh omongan munafiq dari golongan demokratis borjuis kecil ke dalam penahanan diri dari organisasi independen partai proletarian. Semboyan tempur mereka haruslah: Revolusi Abadi ("the Revolution in Permanence").

Sekitar satu setengah abad kemudian, kaum borjuis dan intelektual borjuis bahkan bersikap lebih pengecut lagi. Partai revolusioner harus mengambil jarak dari mereka, walaupun mereka berpura-pura agak "merah". Pimpinan demokratis yang paling terkenal saat ini di Indonesia adalah Megawati dan Amien Rais. Ketika Indonesia merdeka tahun 1945, negara ini dipimpin oleh ayahnya Megawati, Sukarno dan pemerintahannya yang nasionalis borjuis, berdasarkan Pancasila dengan aspirisi persatuan dan kesatuan bangsa. Tetapi sebuah masyarakat kapitalis tidak bisa mencapai kesatuan nasional karena dia berdiri berdasarkan pada eksploitasi kelas-kelas tertindas oleh kelas yang berkuasa. Sehingga perjuangan kelas akan berlangsung terus, dan gerakan buruh harus tetap independen dari partai-partai nasionalis borjuis. Tragisnya, Partai Komunis Indonesia bukannya menentang Sukarno, justru sebaliknya setuju sepenuhnya kepadanya tentang perlunya kesatuan. Akibatnya adalah kata-kata St. Just terpenuhi: "Mereka yang membuat revolusi secara setengah-setengah akan menggali lubang kubur mereka sendiri."

PKI mempunyai jumlah anggota yang jauh lebih besar daripada Partai Bolshevik saat terjadi revolusi, yakni tiga juta dibanding 250.000 anggota. Kelas buruh di Indonesia saat itu lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan kelas buruh di Rusia di puncak revolusi. Kaum tani di Indonesia juga lebih banyak daripada di Rusia. Tetapi saat Suharto (yang memang diangkat oleh Sukarno) mengadakan kudeta tahun 1965, PKI tetap pasif seperti lumpuh karena masih menaruh harapan kepada Sukarno. Sekitar setengah juta orang dibantai. Megawati sedikitpun tidak lebih maju daripada bapaknya, dan tidak bisa diandalkan.

Pemimpin lain dari kaum nasionalis borjuis di Indonesia adalah Amien Rais. Sikapnya tidak berada di kiri Megawati. Selama bertahun-tahun dia telah mengungkapkan sentimen rasis terhadap warga keturunan Tionghoa. Amien Rais anti terhadap orang Cina, tetapi sering agak toleran terhadap Suharto dan Habibie. Sebelum tumbangnya Suharto, si Amien mengaku bersedia menunggu enam bulan untuk membuat reformasi politik, kemudian begitu Suharto mundur, dia bersikap agak bersimpati kepada Habibie.

Gus Dur, seorang tokoh liberal lainnya, suka mencari "dialog" dan "rekonsiliasi" dengan orang-orang Orba seperti Tutut dan Suharto, dan menuduh para akitivis mahasiswa dibayar oleh CIA.

Megawati, Amien dan Gus Dur kerdil dibandingkan dengan tokoh revolusioner borjuis masa lampau seperti Robespierre atau Danton (pemimpin terkemuka Revolusi Perancis), dan sama sekali tidak lebih militan daripada para borjuis pengecut di Jerman pada tahun 1848 yang dikecam Marx dengan tajam saat itu.

Indonesia, seperti banyak negara-negara yang sedang berkembang lainnya, menghadapi tugas-tugas demokratis borjuis yang serius: menjalankan demokrasi politik, memecahkan masalah agraria, mengatasi perpecahan dalam negeri, dan mengakhiri tekanan terhadap minoritas agama dan nasional, juga tekanan terhadap perempuan dan kaum homoseksual. Hanya dengan kemenangan revolusioner kaum proletar, tujuan demokratis ini dapat terlaksana sepenuhnya. Pada waktu yang sama, sementara berjuang demi kemenangan tersebut, partai revolusioner harus bertindak sebagai corong orang-orang yang tertindas, dan memobilisasi kekuatan tani, kaum minoritas suku-agama-ras, perempuan dan kaum homoseksual.

Untuk Berevolusi Jilid 2 (panitia revolusi)

Ada beberapa hal rakyat mengeluhhh.. pupuk mahal. jalan berlubang. penyakit mewabah. gangguan jiwa di mana-mana. sebenarnya ada apa ini jagad indonesia...revolusi 45 sudah berlalu.. mengusir penjajah. revolusi jilid 2 tgas aktifis dan pejoang. sekarang 2010. revolusi secepatnya di lanjutkan dan dimulai..

pesan untuk kawan kawan panitia revolsui jilid 2
Perjuangan aktifis ormas. baik pemuda, keagamnaan, pendidikan dan ekonomi adalah sebuah tatanan trsuktur sosial untuk mengawal perjuangan perubahan, harus rela dan ikhlas dalam bertindak (uang buan ukuran berhasil dan tidak berhasil, tapi ilmu dan kerja keras harus kita tanamkan.
Aktifis adalah sebuah nama suci dan mulia (bukan manusia markus atau pengkhianat idiologi organisasi). Tetapi aktifis masyarakat merupakan " Sebuah perjalanan sunyi dan gelap". oleh karenanya banya aktifis butuh penerangaan ilmu prestasi, jangan sampai berhenti dan lelah dalam bergerak dan beramal ilmu pada organisasi masing-masing, sebab bertugas mendidik rakyat untuk maju dan peradab dan terhindar dari ketidakadilan kebijakan.

Aktifis walaupun setiap hari mengelauh dan "pasrah bengkok pada keadaan', itu sebuah hal wajar lika dan liku kehidupan, aktifis masyarakat kadang dicap atau dituduh bahasa kerennya. Tapi, itu biasa, bahwa menjadi aktifis adalah sebuah pilihan hidup dan tidak "mengenal lelah dan pamrih". Rejekei Tuhan sama saja, antara aktifis dan bukan aktifis.

Aktifis masyarakat adalah sebuah komunitas gagasan masyarakat yang diwujudkan oleh Tuhan (khalifah ar/dt rganisasi masyarakat) serta the change to people. Aktifis untuk mengawal dan memberi pencerahan bagi pemangku kebijakan manusia di bumi INDONESIA tercinta ini. Aktifis tugasnya memang berat, kadang juga aktifis mempunyai tantangan dan halangan, tapi ini garis hidup beda dengan manusia lainnya. aktifis dan RAKYAT tidak mungkin mati gara-gara tidak punya uang. harus menggadaikan idealisme perjuangan AD/ART keloyalitasan.

Indonesia sebagai sebuah negara yang beridentik dengan keterbelakangan, para aktifis dan pejuang segenap elemen rakyat yang tinggal di kampung dan desa sampai kelas Kecamatan dan Kabupaten hingga Nasional, agar tetap komitmen dan terus berjuang akan sebuah perubahan INDONESIA untuk berubah.
seandainya Aktifis dan pejuang element masyarakt sbeagi panitia REVOLUSI 2 masyarakat mati dan hanya berpandangan jangka pendek, maka Kebumen menjadi taruhannya lautan penderitaan permanen, dan aktifis menjadi paku bumi sebuah perubahan.

PANITIA REVOLUSI JILDI 2


Mau tidak mau aktifis terus menjalin hubungan dengan siapapun.. !! tanpa pandang RAS,AGAMA, itu idiolgi kelompom atau warna kulit dan terus meningkatkan sebuah gagasan demi gebrakan inovatif yang cemerlang.

Indonesia Revolusi jilid 2. memang berat dan susah. bukan simbol moto, tapi harus tetap dikerek bendera merah putih setingi langit demi dari gagasan lisan ucapan dan serta perubahan aplikatif di tengah kemanfaatan masyarakat Kebumen 1,2 juta ini. Saya yakin sebuah perubahan Kebumen, bukan di tangan mereka (kursi pejabat atau pemerintahan), masyarakat tanpa berbuat, apalagi generasi muda yang sudah gelamor dan hedonis di tengah jaman edan globalisasi dan pasar bebas modern mengenal tanpa batas sekat ini.

REVOLUSI JILID 2 MENUNGGU

saudara- saudaraku sebangsa dan setanah air dan seNusantara bahwa sahnya "REVOLUSI BELUM SELESAI"
buakn saja setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. tetapi sejak dulu kala, dimana para leluhur telah menciptakan negeri Nusantara menjadi negeri Emas, Negeri Damai dan Abadi, Negeri Mercusuar Dunia , Laksana Disurga...

Karena Evolusi yang direncanakan Tuhan dilindas oleh Manusia ; yang pada Hakikatnya hanya membawa pada Kehangkara Murka-an, Kesewenang wenangan, Keserakahan,
sadarilah bahwa Bumi Nusantara Ini adalah Amanah, Demikian pula bangsa Nusantara adalah amanah,
negeri Indonesia adalah amanah, bahkan uamat dinegeri ini juga amanah lebih jauh lagi Bumi dan Dunia seisinya ini adalah tanggung jawab manusia sebagai Kalifatullah.
berbagai permasalahan dinegeri ini dan Internasional sekarang ini menjadi bukti, bahwa ambang kehancuran semakin dekat. hanya manusia-manusia sejati hanya manusia bertuhan lah yang diutus tuhan memiliki hak - hak sebagai kalifatullah, sebagai pengendal Revolusi menuju perdamaian abadi.
dari tanggung jawab besar Revolusi masa depan negeri Nusantara indonesia ini,
bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai suku, satu masing - masing bertekat menyatu menjadi kesatuan Bangsa Indonesia,hanya dengan menanamkan Ke - illahian didalam diri maka persatuan dan kesatuan akan terwujut. maka marilah segala komponen bangsa dan negara kiat bersatu Mewujutkan Cita-cita Proklamasi.
mereka yang tidak bertuhanlah yang menghendaki kehancuran Negeri ini, karena dasar Negara Ini adalah ketuhanan Yang Maha Esa, Yaitu didalam Pancasila.

Bukan tanggung jawab Oposisi P3KBI sebagai Partai Pelopor Persatuan dan Kesatuan, mengenai Negara Ini, tetapi juga tanggung jawab seluruh Umat di Nusantara ini demi tercapainya Masyarakat yang aman Damai Adil Makmur merata.... Demikian pula dengan Kedamaian dan Keabadian Negeri ini,,,,

maka dari itu sebagai pemuda -pemudi yang berjiwa Nasionalis, Berjiwa Demokrasi Dan Berjiwa Pancasila,dengan jiwa -jiwa tersebut ayo bangkitkan jiwa Revolusi yang Masih Menghembus-membakar Tubuh hidup mengalir menjadi kesadaran luhur akan tanggung jawab Masa depan Negara Indonesia Nusantara ini.
demi cita-cita luhur menjadi mercusuar Dunia kita wujutkan bersama terwujutnya Nusantara Kembali Yang aman , Damai Adil Makmur Dan Merata.......merdeka....